SEBARAN POPULASI TERNAK RUMINANSIA BESAR DAN MONOGASTRIK SERTA EFEKNYA PADA ATMOSFER KOTA MAKASSAR

Authors

  • Abbas Abbas Prodi Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
  • Ayusari Wahyuni Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Luwuk
  • Sri Ningsih Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Luwuk

DOI:

https://doi.org/10.32529/ja.v2i2.907

Keywords:

Atmosfer, Pemanasan Global, Ruminansia, Monogastrik.

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi jumlah gas metan (CH4) yang dihasilkan dari aktifitas pemeliharaan ternak yang dilakukan pada beberapa wilayah kecamatan di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Emisi gas rumah kaca sebagai konsekuensi dari peningkatan yang tajam pada berbagai aktifitas manusia (anthropogenic) dalam rentang beberapa dekade terkini. Tingginya frekuensi penggunaan energi dari bahan bakar minyak (BBM) pada beberapa aktifitas tersebut, terutama pada aktifitas industri, transportasi  dan budidaya telah memproduksi limbah telah mendorong laju emisi  gas-gas  rumah kaca dengan signifikan. Hasil perhitungan estimasi produksi feses dan biogas, diperoleh produksi feses populasi ternak sapi  0,854 x 106 kg per hari, kerbau  0,0502 x 106 – 0,0753 x 106 kg per hari dan ternak kuda  0,00125 x 10 6 – 0,0015 x 106 kg per hari, angka-angka tersebut ekuivalen dengan 20,509 x 106 l, 0,971 x 106 – 1,456 x 106  l dan 1,429 x 106 – 1,715  x 106 l biogas. Total produksi biogas tersebut ekuivalen dengan rentang konsentrasi metan atau CH4 sebesar 10,309 x 106 – 17,759 x 106 l yang ekuivalen dengan 257,773 x 106 – 444,023 x 106  l CO2 eq. Direkomendasikan untuk riset lebih dalam terkait jumlah gas metan (CH4) dari proses eruktasi ruminansia dan pemetaannya pada setiap titik wilayah kecamatan serta riset menyangkut treatment yang diperlukan untuk mereduksi dampak negatif dari akumulasi limbah-limbah yang berasal dari ternak tersebut.     

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi jumlah gas metan (CH4) yang dihasilkan dari aktifitas pemeliharaan ternak yang dilakukan pada beberapa wilayah kecamatan di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Emisi gas rumah kaca sebagai konsekuensi dari peningkatan yang tajam pada berbagai aktifitas manusia (anthropogenic) dalam rentang beberapa dekade terkini. Tingginya frekuensi penggunaan energi dari bahan bakar minyak (BBM) pada beberapa aktifitas tersebut, terutama pada aktifitas industri, transportasi  dan budidaya telah memproduksi limbah telah mendorong laju emisi  gas-gas  rumah kaca dengan signifikan. Hasil perhitungan estimasi produksi feses dan biogas, diperoleh produksi feses populasi ternak sapi  0,854 x 106 kg per hari, kerbau  0,0502 x 106 – 0,0753 x 106 kg per hari dan ternak kuda  0,00125 x 10 6 – 0,0015 x 106 kg per hari, angka-angka tersebut ekuivalen dengan 20,509 x 106 l, 0,971 x 106 – 1,456 x 106  l dan 1,429 x 106 – 1,715  x 106 l biogas. Total produksi biogas tersebut ekuivalen dengan rentang konsentrasi metan atau CH4 sebesar 10,309 x 106 – 17,759 x 106 l yang ekuivalen dengan 257,773 x 106 – 444,023 x 106  l CO2 eq. Direkomendasikan untuk riset lebih dalam terkait jumlah gas metan (CH4) dari proses eruktasi ruminansia dan pemetaannya pada setiap titik wilayah kecamatan serta riset menyangkut treatment yang diperlukan untuk mereduksi dampak negatif dari akumulasi limbah-limbah yang berasal dari ternak tersebut.     

 

Kata Kunci: Atmosfer, Pemanasan Global, Ruminansia, Monogastrik.

References

Abbas. 2012. Optimalisasi gas metan hasil fermentasi metanogenik campuran kotoran ternak dengan limbah kulit pisang (musa spp). Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Abbas, Triatmojo, S. dan Yusiati, L.M. 2012. Pengaruh penambahan limbah kulit pisang (musa spp) terhadap produksi gas metan dalam fermentasi metanogenik kotoran ternak. Buletin Peternakan Vol. 36(2): 87-94, Juni. https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v36i2.1584

Abbas. 2019. Biogas energi terbarukan problem dan potensinya. Buku. CV. Syahadah Creative Media. ISBN 9-786237-250135.

Arifin, M., Saepudin, A., Santosa,A. 2011. Kajian Biogas Sebagai Sumber Pembangkit Tenaga Listrik di Pesantren Saung Balong Al_Barokah, Majalengka, Jawa Barat. ISSN 2088-6985.Vo.02,No 2, PP 73-78.2011.

BPS Makassar. 2019. Kota Makassar Dalam Angka. Tersedia di https://makassarkota.bps.go.id

Brander, M. 2012. Greenhouse Gases, CO2, COe, and Carbon: What Do All These Terms Mean?. Ecometrica.

Noonari, A. A., Mahar, R. B., Sahito, A. R. and Brohi, K.M. 2020. Effects of isolated fungal pretreatment on bio-methane production through the co-digestion of rice straw and buffalo dung. Energy 206:118107. https://doi.org/10.1016/j.energy.2020.118107

Samsonstuen, S., Ã…by, B.A., Crosson, P., Beauchemin, K.A., Wetlesen, M.S., Bonesmo, H., Aass, L. 2020. Variability in greenhouse gas emission intensity of semi-intensive suckler cow beef production systems. Livestock Science 239: 104091. https://doi.org/10.1016/j.livsci.2020.104091

Santoso, M.C., Giriantari, I. A. D. dan Ariastina, W. G. 2019. Studi Pemanfaatan Kotoran Ternak Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Di Bali. Jurnal Spektrum Vol. 6, No. 4 Desember.

Downloads

Published

2020-07-01

Issue

Section

Articles